Manusia dikodratkan sebagai
makhluk sosial, oleh karena itu manusia membutuhkan interaksi antar sesamanya.
Manusia berinteraksi dengan berbicara kepada lawan bicara. Dalam melakukan
interaksi tersebut, manusia membutuhkan sarana atau media, yaitu bahasa. Pada
saat manusia berinteraksi dalam bermasyarakat yang heterogen, kadang terjadi
perbedaan penggunaan bahasa. Perbedaan penggunaan bahasa yang demikian disebut
ragam bahasa. Ragam bahasa
adalah varian dari sebuah bahasa. Keberagaman bahasa dapat terjadi karena
perbedaan budaya atau karena penggunaan
bahasa yang diatur oleh suatu negara.
Indonesia merupakan Negara yang
terdiri atas beribu-ribu pulau yang dihuni oleh ratusan suku bangsa dengan
berbagai kebudayaan, sehingga melahirkan berbagai ragam bahasa yang
bermacam-macam. Meskipun demikian,
undang-undang dasar republik Indonesia menyatakan bahwa bahasa resmi
NKRI adalah bahasa Indonesia yang telah disepakati saat sumpah pemuda. Bahasa
Indonesia adalah bahasa pemersatu dan harus tetap dipertahankan selama
Indonesia masih berdaulat.
Dengan banyaknya ragam bahasa di
Indonesia, tentu menambah kebudayaan Indonesia. Ragam bahasa dapat menjadi
suatu ciri khas tersendiri bagi daerah di Indonesia untuk mempromosikan
Indonesia atau budaya Indonesia kepada dunia internasional. Yang membedakan
ragam bahasa secara lisan adalah penggunaan intonasi yaitu tekanan, nada, tempo
suara, dan perhentian. Selain secara lisan, ragam bahasa juga terjadi pada
tulisan yang dipengaruhi oleh bentuk, pola kalimat, dan tanda baca.
Ragam Bahasa Berdasarkan Media/Sarana
1.
Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech)
dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata
bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat
memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau
isyarat untuk mengungkapkan ide. Sehingga maksud seseorang bisa dilihat dari
gaya dia berbicara(Hasan, 2000)
Contoh yang termasuk ke dalam ragam bahasa lisan pun sangat banyak,
diantaranya pidato, ceramah, sambutan, ngobrol, dll. Semua itu sering digunakan
kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau
berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara
penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah. Syarat utama dari ngobrol
yang penting bisa dimengerti oleh lawan bicara, tidak perlu menggunakan bahasa
baku.
2.
Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan
dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.
Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan
pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide(Effendi, 1981)
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar,
dll. Dalam ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang
baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1) Kosa kata yang digunakan dipilih secara
cermat
2) Pembentukan kata dilakukan secara
sempurna,
3) Kalimat dibentuk dengan struktur yang
lengkap, dan
4) Paragraf dikembangkan secara lengkap dan
padu.
Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
1.
Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah
(logat/dialek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda
dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan
Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat
bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b” pada posisi awal
saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat
bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” seperti pada kata ithu,
kitha, canthik, dll.
2.
Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan
Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang
berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film,
fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah,
komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam
bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya
mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan
yang seharusnya dipakai
3.
Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara
(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu
antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca
terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita
dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada
atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan
pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak
penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan
bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin
rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam
1) pembicaraan di muka umum, misalnya pidato
kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;
2) pembicaraan dengan orang yang dihormati,
misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat;
3) komunikasi resmi, misalnya surat dinas,
surat lamaran pekerjaan, undang-undang;
4) wacana teknis, misalnya laporan
penelitian, makalah, tesis, disertasi.
Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam
membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam
bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda
dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers.
Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang
digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau
teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang
pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah
kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut,
misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang
agama; koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran;
improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni;
pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum; pemanasan,
peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. Kalimat yang digunakan
pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam
undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat
dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran/majalah, dll. Contoh kalimat
yang digunakan dalam undang-undang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar