Minggu, 06 Januari 2013

Liburan di Pulau Tidung #1


Yihhhhaaaaaaaa!!! Akhirnya rencana liburan ke pulau Tidung terlaksana juga. Senang bukan kepalang! Liburan kali ini semua yang urus dari A sampai Z adalah si Ravly, teman SMA saya. Makasih banyak yaaaa Ravly Gani!!  Entah mengapa liburan ke pulau Tidung begitu membekas di hati saya. Maka dari itu saya ingin sekali menceritakan semua pengalaman yang saya dapati selama berada di pulau Tidung.

Pada tanggal 6 - 8 Juli kemarin, saya beserta keempat teman saya (Ravly, Rangga,ivan dan Jimmy) pergi ke pulau Tidung menggunakan jasa travel. Pukul 5 pagi, kami berlima di dalam taksi Blue Bird menuju Muara Angke. Sedikit mengalami kesulitan untuk mencari pom bensin Pertamina yang menjadi tempat kami janjian dengan si Arie Tidung. Ternyata letak pom bensin ada di dalam pasar Angke, jadi kita masuk melewati gerbang tiket, bayar Rp. 2000 untuk mobil. Sesampainya di pom bensin, sudah ramai loh dengan para wisatawan yang mau ke pulau Tidung juga. Banyak yang bawa tas ransel, tapi juga engga kalah banyak yang bawa travel bag malah ada juga yang bawa bantal.. hahahaha.

Ini adalah pengalaman pertama saya datang ke Muara Angke. Kaget juga dengan situasi di sana. Bau amis yang sangat menusuk hidung. Banjir kecil alias genangan air di mana-mana sampai-sampai para pedagang menggunakan sepatu bot plastik bahkan tidak sedikit orang yang tidur dengan nyenyak di atas gerobak. *miris*

Mas Arie(jasa travel saya) bilang bahwa kami menggunakan kapal bernama Madina untuk menuju pulau Tidung. Ini kali kedua saya naik kapal. Jangan dibayangkan kapalnya seperti kapal Titanic atau kapal-kapal yang berada di Marina Ancol yaa. Kapal Madina yang saya tumpangi hanya kapal sederhana dari kayu yang memiliki tiga tingkatan. Lantai dasar bisa dibilang bagasinya kapal. Banyak warga pulau Tidung yang membeli keperluan sehari-hari termasuk untuk logistik di Jakarta dan diangkut menggunakan kapal tersebut. Kemudian, lantai dua dan tiga diisi oleh para wisatawan. Saran dari Mas Arie lebih baik pilih lantai paling atas karena tidak pengap.

Kapal dan angkot sepertinya tidak ada bedanya, sama-sama ngetem. Kapal baru akan jalan jika sudah tidak ada space lagi untuk penumpang. Walaupun begitu tetap kapal Madina menyediakan jaket pelampung bagi semua penumpangnya dan silakan mengambil dan memilih sendiri jaket mana yang dikehendaki karena para ABK (anak buah kapal) hanya sibuk berkata "Masih muat!! Geser bu, jangan di pintu!!" -___-" Akhirnya kapal Madina lepas landas jam 07.30, fiuuhh!! Dan terlihatlah begitu "Indah"nya dermaga Muara Angke.
Berhubung selama di laut lepas saya tidur terus, tidak banyak hal yang bisa diceritakan selain, betapa pegel dan sakitnya kaki saya yang sekitar 2,5 jam menekuk terus. Hiks! :( Yaa jam 10 pagi kami sampai di pulau Tidung!! Voilaa.. :D Kami langsung disambut oleh welcome guide (gaya bener yaaa istilahnya?!) yang mengaku bernama Ical. Si ical ini orangnya tinggi, kulitnya sawo matang ciri khas anak pantai. Kami kira si Ical ini yang akan selalu menemani kami selama di pulau Tidung tapi ternyata bukan, Ical hanya penyalur lidah antara guide kami nantinya dengan Mas Arie. Ical juga lah yang akan menyediakan semua fasilitas kami, mulai dari penginapan, makan, sepeda, kapal sampai alat snorkelling.

Nama guide kami adalah Nurhalim alias Halim. Penginapan di pulau Tidung adalah rumah penduduk yang menyewakan kamarnya untuk para wisatawan. Fasilitasnya bagus loh, AC, TV, kamar mandi dalam dan tempat tidur busa. Namun, kata Mas Arie tidak semua penginapan menyediakan TV. Kebetulan penginapan RHS tempat kami menginap menyediakan TV. Pemiliknya pak Aput, baik sekali beliau ini.

Sampai di penginapan, kami disilakan untuk istirahat dan disarankan jika ingin main banana boat baiknya sore hari ini. Maka jadilah saya dan teman-teman terkapar di kamar penginapan. Saya pun ikutan teler karena pengaruh obat mabok yang masih tersisa. hihihi. Sekitar jam 2 siang, kami baru keluar penginapan dan langsung menuju pantai Barat pulau Tidung naik sepeda. Mari kita goweeeees!! Menurut Ical, perjalanan dari penginapan menuju pantai Barat sekitar 2km. Daerah Barat pulau Tidung memang lebih sedikit penduduknya. Hanya terisi lapangan bola, sekolah, 2 tower telepone seluler (indosat & telkomsel) dan sisanya pepohonan ilalang.

Cerita dari si Ical bahwa kenapa pantai Barat lebih sepi pengunjung karena menurutnya pantai Barat tidak seindah pantai Timur. Menurut saya sama indahnya. :) Tapi memang pantai Barat hanya pemandangannya yang indah tapi tidak ada hal menarik lainnya. Semua aktifitas laut berada di pantai Timur pulau Tidung. Jadi yaa di pantai Barat kami hanya numpang foto-foto saja.. :D

Tidak ada setengah jam di pantai Barat, kami lanjut gowes menuju pantai Timur. Capeeeeek cuy!! -___-" ngos-ngosan!! Kurang lebih dari pantai Barat sampai Timur jaraknya 4km. Hegh!! Tapi semua ini saya nikmati dengan alasan kapan lagi bersepeda dipinggir pantai?? :D

Dari kejauhan udah terlihat keramaian diujung pantai. Kami melewati gapura yang terbuat dari bambu yang tertulis "Welcome to Jembatan Cinta". Dalam hati berkata "Oalaaaah, ini toh lokasi jembatan cinta di pulau Tidung, kayak apa sih itu jembatan?!" Sebelum masuk ke lokasi pantai Timur, sepeda-sepeda harus diparkir dulu dengan biaya parkir Rp.2000 per sepeda. Mahal juga yaaa cuy?!
Suasana pantai Timur belum terlalu ramai, mungkin karena masih siang kali yaa jadi pada takut panas. Puas ngeliatain suasana di pantai Timur dan bolak-balik si Halim nyuruh kita semua terjun dari jembatan cinta. 

Agak ciut juga yaaa ngeliat tingginya jembatan. hiks! Btw, soal sejarah kenapa dinamakan jembatan cinta, menurut Ical, orang Jakarta juga koq yang ngasih nama jembatan cinta. Soalnya jembatan ini yang mengenalkan dan mendekatkan orang-orang yang ingin terjun dari jembatan cinta. Biasanya orang yang mau terjun diberi semangat oleh orang lain disekitar jembatan dan jadi kenal satu sama lain. Akhirnya saya pun terjuuuuuuuuuuuun!!! Haiks!! Sensasinya cuy!! Pas terjun jantung berasa hilaaaaaang!! Tapi pas udah di dalam air nagiiih! Sampai dua kali saya terjun.. :D

Kelar terjun dari jembatan cinta, lanjut banana boat. Untuk bermain banana boat dikenai biaya Rp.35.000/orang yaa. Antusias banget saya!! Maklum ini kali pertama saya main banana boat *tersipumalu* menurut saya, banana boat lebih nyakitin. Maksudnya di badan lebih sakit gitu, badan dibanting ke dalam air. Soft lens saya aja sempat lepas. Cukup tiga kali saja diceburinnya udah bikin punggung encok-encok. Encok bukan karena dibantingnya tapi karena sulitnya naik ke atas banana boat dari dalam air. Walhasil urat-urat pada melintir deh!

Selanjutnya kano. Ini juga pengalaman pertama saya naik kano. Ilmu mendayung saya minus banget padahal dulu jaman smp pas aktif pramuka saya sempet diajarin mendayung tapi kenapa kanonya cuman bisa maju? engga bisa belok kiri atau kanan? Ujung-ujungnya terdampar di tepi pantai. Susah bener dah main kano!! Memang saya nahkoda yang payah.. :')

Cukup lah yaaaa, main-mainnyaaa udah mau magrib juga. Sebelum pulang ke penginapan. Ngebakso dulu enak kali yaaa?! Emang deh dari jaman dulu les renang sampai sekarang tiap udahan renang pasti laper dan pasti makan mie. :p Nunggu bakso dateng, minum kelapa muda dulu. Sebenernya saya bosen dengan kelapa muda karena hampir tiap hari di rumah saya selalu ada kelapa muda. Tapi yaa berhubung ini di pulau Tidung sensasinya lain. :D.

Berakhir sudah hari pertama di pulau Tidung, saatnya mandi dan istirohat.. Tidak sabar untuk menceritakan pengalaman saya di hari kedua. Amazing!! ;)


1 komentar:

  1. mau nanya,masih nyimpen no telp travelnya gk ya?soalnya saya sama temen2 rencananya mau ke P. Tidung.makasih

    BalasHapus