Yihhhhaaaaaaaa!!! Akhirnya rencana
liburan ke pulau Tidung terlaksana juga. Senang bukan kepalang! Liburan kali
ini semua yang urus dari A sampai Z adalah si Ravly, teman SMA saya. Makasih banyak
yaaaa Ravly Gani!! Entah mengapa liburan
ke pulau Tidung begitu membekas di hati saya. Maka dari itu saya ingin sekali
menceritakan semua pengalaman yang saya dapati selama berada di pulau Tidung.
Pada tanggal 6 - 8 Juli kemarin,
saya beserta keempat teman saya (Ravly, Rangga,ivan dan Jimmy) pergi ke pulau
Tidung menggunakan jasa travel. Pukul 5 pagi, kami berlima di dalam taksi Blue Bird menuju
Muara Angke. Sedikit mengalami kesulitan untuk mencari pom bensin Pertamina yang
menjadi tempat kami janjian dengan si Arie Tidung. Ternyata letak pom bensin
ada di dalam pasar Angke, jadi kita masuk melewati gerbang tiket, bayar Rp.
2000 untuk mobil. Sesampainya di pom bensin, sudah ramai loh dengan para
wisatawan yang mau ke pulau Tidung juga. Banyak yang bawa tas ransel, tapi juga
engga kalah banyak yang bawa travel bag malah ada juga yang bawa bantal..
hahahaha.
Ini adalah pengalaman pertama saya
datang ke Muara Angke. Kaget juga dengan situasi di sana. Bau amis yang sangat
menusuk hidung. Banjir kecil alias genangan air di mana-mana sampai-sampai para
pedagang menggunakan sepatu bot plastik bahkan tidak sedikit orang yang tidur
dengan nyenyak di atas gerobak. *miris*
Mas Arie(jasa travel saya) bilang
bahwa kami menggunakan kapal bernama Madina untuk menuju pulau Tidung. Ini kali
kedua saya naik kapal. Jangan dibayangkan kapalnya seperti kapal Titanic atau
kapal-kapal yang berada di Marina Ancol yaa.
Kapal Madina yang saya tumpangi hanya kapal sederhana dari kayu yang memiliki
tiga tingkatan. Lantai dasar bisa dibilang bagasinya kapal. Banyak warga pulau
Tidung yang membeli keperluan sehari-hari termasuk untuk logistik di Jakarta
dan diangkut menggunakan kapal tersebut. Kemudian, lantai dua dan tiga diisi
oleh para wisatawan. Saran dari Mas Arie lebih baik pilih lantai paling atas
karena tidak pengap.
Kapal dan angkot sepertinya tidak
ada bedanya, sama-sama ngetem. Kapal baru akan jalan jika sudah tidak ada space
lagi untuk penumpang. Walaupun begitu tetap kapal Madina menyediakan jaket
pelampung bagi semua penumpangnya dan silakan mengambil dan memilih sendiri
jaket mana yang dikehendaki karena para ABK (anak buah kapal) hanya sibuk
berkata "Masih muat!! Geser bu, jangan di pintu!!" -___-"
Akhirnya kapal Madina lepas landas jam 07.30, fiuuhh!! Dan terlihatlah begitu "Indah"nya
dermaga Muara Angke.
Berhubung selama di laut lepas saya
tidur terus, tidak banyak hal yang bisa diceritakan selain, betapa pegel dan
sakitnya kaki saya yang sekitar 2,5 jam menekuk terus. Hiks! :( Yaa jam 10 pagi
kami sampai di pulau Tidung!! Voilaa.. :D Kami langsung disambut oleh welcome
guide (gaya bener yaaa istilahnya?!) yang mengaku bernama Ical. Si ical ini
orangnya tinggi, kulitnya sawo matang ciri khas anak pantai. Kami kira si Ical
ini yang akan selalu menemani kami selama di pulau Tidung tapi ternyata bukan,
Ical hanya penyalur lidah antara guide kami nantinya dengan Mas Arie. Ical juga
lah yang akan menyediakan semua fasilitas kami, mulai dari penginapan, makan,
sepeda, kapal sampai alat snorkelling.
Nama guide kami adalah Nurhalim
alias Halim. Penginapan di pulau Tidung adalah rumah penduduk yang menyewakan
kamarnya untuk para wisatawan. Fasilitasnya bagus loh, AC, TV, kamar mandi
dalam dan tempat tidur busa. Namun, kata Mas Arie tidak semua penginapan
menyediakan TV. Kebetulan penginapan RHS tempat kami menginap menyediakan TV.
Pemiliknya pak Aput, baik sekali beliau ini.
Sampai di penginapan, kami
disilakan untuk istirahat dan disarankan jika ingin main banana boat baiknya
sore hari ini. Maka jadilah saya dan teman-teman terkapar di kamar penginapan.
Saya pun ikutan teler karena pengaruh obat mabok yang masih tersisa. hihihi.
Sekitar jam 2 siang, kami baru keluar penginapan dan langsung menuju pantai
Barat pulau Tidung naik sepeda. Mari kita goweeeees!! Menurut Ical, perjalanan
dari penginapan menuju pantai Barat sekitar 2km. Daerah Barat pulau Tidung
memang lebih sedikit penduduknya. Hanya terisi lapangan bola, sekolah, 2 tower
telepone seluler (indosat & telkomsel) dan sisanya pepohonan ilalang.
Cerita dari si Ical bahwa kenapa
pantai Barat lebih sepi pengunjung karena menurutnya pantai Barat tidak seindah
pantai Timur. Menurut saya sama indahnya. :) Tapi memang pantai Barat hanya
pemandangannya yang indah tapi tidak ada hal menarik lainnya. Semua aktifitas
laut berada di pantai Timur pulau Tidung. Jadi yaa di pantai Barat kami hanya
numpang foto-foto saja.. :D
Tidak ada setengah jam di pantai
Barat, kami lanjut gowes menuju pantai Timur. Capeeeeek cuy!! -___-"
ngos-ngosan!! Kurang lebih dari pantai Barat sampai Timur jaraknya 4km. Hegh!!
Tapi semua ini saya nikmati dengan alasan kapan lagi bersepeda dipinggir
pantai?? :D
Dari kejauhan udah terlihat
keramaian diujung pantai. Kami melewati gapura yang terbuat dari bambu yang
tertulis "Welcome to Jembatan Cinta". Dalam hati berkata
"Oalaaaah, ini toh lokasi jembatan cinta di pulau Tidung, kayak apa sih
itu jembatan?!" Sebelum masuk ke lokasi pantai Timur, sepeda-sepeda harus
diparkir dulu dengan biaya parkir Rp.2000 per sepeda. Mahal juga yaaa cuy?!
Suasana pantai Timur belum terlalu
ramai, mungkin karena masih siang kali yaa jadi pada takut panas. Puas
ngeliatain suasana di pantai Timur dan bolak-balik si Halim nyuruh kita semua
terjun dari jembatan cinta.
Agak ciut juga yaaa ngeliat tingginya jembatan.
hiks! Btw, soal sejarah kenapa dinamakan jembatan cinta, menurut Ical, orang
Jakarta juga koq yang ngasih nama jembatan cinta. Soalnya jembatan ini yang
mengenalkan dan mendekatkan orang-orang yang ingin terjun dari jembatan cinta.
Biasanya orang yang mau terjun diberi semangat oleh orang lain disekitar jembatan
dan jadi kenal satu sama lain. Akhirnya saya pun terjuuuuuuuuuuuun!!! Haiks!!
Sensasinya cuy!! Pas terjun jantung berasa hilaaaaaang!! Tapi pas udah di dalam
air nagiiih! Sampai dua kali saya terjun.. :D
Kelar terjun dari jembatan cinta,
lanjut banana boat. Untuk bermain banana boat dikenai biaya Rp.35.000/orang
yaa. Antusias banget saya!! Maklum ini kali pertama saya main banana boat
*tersipumalu* menurut saya, banana boat lebih nyakitin. Maksudnya di badan
lebih sakit gitu, badan dibanting ke dalam air. Soft lens saya aja sempat
lepas. Cukup tiga kali saja diceburinnya udah bikin punggung encok-encok. Encok
bukan karena dibantingnya tapi karena sulitnya naik ke atas banana boat dari
dalam air. Walhasil urat-urat pada melintir deh!
Selanjutnya kano. Ini juga
pengalaman pertama saya naik kano. Ilmu mendayung saya minus banget padahal
dulu jaman smp pas aktif pramuka saya sempet diajarin mendayung tapi kenapa
kanonya cuman bisa maju? engga bisa belok kiri atau kanan? Ujung-ujungnya
terdampar di tepi pantai. Susah bener dah main kano!! Memang saya nahkoda yang
payah.. :')
Cukup lah yaaaa, main-mainnyaaa
udah mau magrib juga. Sebelum pulang ke penginapan. Ngebakso dulu enak kali
yaaa?! Emang deh dari jaman dulu les renang sampai sekarang tiap udahan renang
pasti laper dan pasti makan mie. :p Nunggu bakso dateng, minum kelapa muda
dulu. Sebenernya saya bosen dengan kelapa muda karena hampir tiap hari di rumah
saya selalu ada kelapa muda. Tapi yaa berhubung ini di pulau Tidung sensasinya
lain. :D.
Berakhir sudah hari pertama di
pulau Tidung, saatnya mandi dan istirohat.. Tidak sabar untuk menceritakan
pengalaman saya di hari kedua. Amazing!! ;)
mau nanya,masih nyimpen no telp travelnya gk ya?soalnya saya sama temen2 rencananya mau ke P. Tidung.makasih
BalasHapus