Hari kedua kami berada di pulau
Tidung, kabupaten Kepulauan Seribu Selatan. Hari ini jadwalnya adalah melihat
sunrise dari pantai Timur, snorkelling dan makan ikan bakar di malam hari. Saya
akan mulai bercerita.
Sekitar jam 2 dini hari, pulau Tidung diguyur hujan yang cukup deras. Jam 5 pagi kami semua udah bagus dan bergegas menuju pantai Timur untuk melihat sunrise. Langit masih gelap, mata masih sepet tapi harus nge-gowes lagi ke pantai Timur dan tentunya bersama guide kami tercinta, Halim. hihihi. Sampai di pantai Timur belum banyak orang yang dateng. Serasa pantai miliki pribadi. :D
Menurut saya, sunrise-nya kurang
ada gregetnya karena hujan yang datang dini hari. Akhirnya kami cuman foto-foto
sepanjang menghabiskan waktu sebelum pulang dan menyiapkan keperluan untuk
snorkelling. Gowes lagi untuk kembali ke penginapan, dan saya menggowes sepelan
mungkin karena otot paha saya sakit. Maklum saya bukan penikmat sepeda.
*jadimalu*
Di perjalanan pulang, Halim memberikan kami rute yang berbeda melewati jalur Selatan. Hmm, agak scary yaa lokasinya karena melewati Taman Pemakaman Umum (TPU) pulau Tidung. Di sebelah TPU ada bangunan seperti rumah yang ternyata itu adalah makam raja Tidung yang sebelumnya berlokasi di Barat pulau Tidung dan nama Raja Tidung adalah Raja Pandita. Uniknya disebelah makam Raja Tidung ada gedung KUA pulau Tidung. Lokasi yang unik. hihihi
Lanjut gowes dan sampailah di
penginapan. Halim menyarankan untuk jangan terlalu siang berangkat
snorkellingnya dan jangan lupa membawa roti tawar untuk pakanan ikan selama di
laut. Si ibu penginapan juga udah siap dengan nasi box untuk makan siang kami
dan para ABK. Saran aja yaa, engga perlu mandi lah kalau mau berangkat
snorkelling. Percuma! hihihi. Bawa minum yang banyak yaa karena menurut
pengalaman pribadi saya. Terlalu lama mulut terkena asinnya air laut akan
membuat mulut terasa pahit.
Jam 9 kita udah siap di dermaga selatan pulau Tidung. Banyak sampah di dermaga ini, menurut Ical dermaga ini istilahnya "pantat"nya pulau Tidung. Banyak kapal nelayan yang merapat di sini. Kalau udah banyak kapal pasti ada pembuangan, baik botol-botol minum sampai minyak. Tapi tidak separah Muara Angke yaa.
Untuk menuju lokasi snorkelling kami menggunakan kapal kayu tapi tidak sebesar kapal dari Muara Angke. Tujuan pertama adalah pulau air. Kami kira perjalanan tidak akan lama tapi ternyataaa jarak antara tidung ke air selama satu jam. huft! Udah pakai ngantuk di atas kapal, anginnya cuuuy cepoy-cepoy bener dah!!
Yaaa, hampir mati gaya lah selama
di atas kapal. Sepanjang jalan yang dilihat air. Saya jadi sempat terpikir
bahwa semua ini memang atas kuasaNya. Air laut yang sebanyak ini bisa tidak
tumpah pasti karena adanya daya tarik gravitasi tapi semua itu juga pasti
karena kuasaNya dan di dalam hati saya berdoa semoga kami yang
"kecil" ini tetap dalam lindunganNya. Saya juga sempat terpikirkan
Tsunami, ombak yang kami alami selama di atas kapal saja sudah membuat kapal
terombang-ambing. Bagaimana dengan Tsunami?? Lagi-lagi saya jadi teringat kapal
minyak di Aceh yang terbawa ombak Tsunami sepanjang 15km. Astaghfirulloh!! Kita
semua memang "kecil".. Maka sepanjang perjalanan menuju pulau Air,
saya habiskan dengan merenung dan berdoa. :)
Finaaaalllyyy!! Kami sampai di
pulau air, dan kami sudah di dalam air laut!! Iyaaaa beneran air laut bukan
kolam renang. OMG!! Ini pengalaman pertama saya berenang di dalam laut. Jujur!
Sedikit ada rasa takut dan awalnya membuat saya lupa dengan cara berenang
seperti apa. Huft! hihihi. Pakai alat snorkelling menurut saya ribet banget,
itu alat yang seperti pipa yang ujungnya harus dimasukkan ke dalam mulu kita
(entah apa namanya) malah membuat saya sering minum air laut. Akhirnya saya
lepas aja itu selang. Jaket pelampung belum berani saya lepas tapi melihat
teman saya si Ami yang melepas jaket dan dengan asyiknya nyelem ke dalam terus
foto-foto dengan karang membuat nyali saya naik.
Cukup lama kami snorkelling di
pulau air, jumpalitan di dalam air. Berusaha banget megang ikan tapi engga
pernah berhasil. hihihi. Otot-otot badannya saya pun ikut diuji di sini.
Beberapa kali sempat otot punggung saya ke tarik karena gaya renang saya yang
engga lazim di dalam laut. Tapi memang sulit sekali teman berenang menyelam ke
dalam air laut. Mungkin karena kadar garam air laut yang tinggi maka sangat
sulit untuk kita menyelam dan menyeimbangkan badan untuk tetap di dalam. Saya
harus memberikan 4 jempol saya kepada Halim. Dia hebat sekali menyelamnya
(yaiyalaaah!!) dan nafasnya itu loh panjaaaaang sekali. Dia betah di dalam air
dan anteng sambil mengambil gambar kami yg seperti cacing kepanasan karena engga
bisa diam. hihihi.
Perjalanan kembali dilanjutkan,
tujuan selanjutnya adalah pulau Karang Beras. Pulau ini tidak berpenghuni.
Pulau Karang Beras terdiri dari Karang Beras Besar dan Kecil, keduanya
bersebelahan. Di pulau ini kami tidak snorkelling, hanya berkeliling sekitar
pulau dan di sini kami menjarah banyak kerang, keong dan karang yang sudah
terdampar di pinggir pantai. Indah banget ya Allah!! Warna air laut yang
bergradasi dari hijau muda, sampai biru kelam. Cantiiik!!
Lanjuuuut!! Pulau selanjutnya adalah
pulau Payung, tapi sebelum menepi ke pulau Payung kami snorkelling lagi. Kata
Halim, trumbu karang di pulau Payung tidak seindang di pulau Air. Tapi bagi
saya kenapa lebih indahan yang di pulau Payung yaa.. Intinya sama saja,
sama-sama cantik. :)
Selesai snorkelling di pulau
Payung! Snorkellingnya engga terlalu lama di sini, dan intinya kurang puas
snorkellingnya, masih pengen lagi!! Nagiiih!! x( Naik ke atas kapal dengan
sedikit rasa tidak ikhlas karena harus segera menepi ke pulau Payung. Pulau Payung
pulau yang berpenuhi jadi kita di sini bisa istirahat, jajan di warung yang ada
di dermaga pulau Payung. Setelah beristirahat, Halim ngajak kita jalan-jalan
menyusuri pantai pulau Payung dan saya terkesimaa dengan pemandangan laut dari
pulau Payung. Cantiiiiiiik sekali!! Dari semua pemandangan yang saya pernah
liat, pulau Payung lah yang paling cantik! Cukup lama kami main-main dan
foto-foto di sini. Bercanda dengan si Halim. Hah! Rindunya masa-masa itu.
Dan akhirnya berakhir sudah
perjalanan menyusuri pulau-pulau di kepulauan Seribu, mari kita pulang ke pulau
Tidung. :) Sepanjang perjalanan, angin dan ombak semakin liar, heh! Pasti
bakalan masuk angin nih, badan udah mulai terasa sakit semua di beberapa
bagian. Tapi semua itu terbayarkan dengan apa yang kami dapatkan di pulau
Tidung ini. :D
Bersih-bersih dan istirahat
sebentar di penginapan. Jam 7 kita siap-siap lagi untuk makan ikan bakar di
pinggir pantai. Kalau kata Halim nama tempatnya lampu delapan, karena di tempat
makan ikan bakarnya ada tiang lampu tempak yang jumlah lampunya ada delapan.
Capeeeek deh! hihihi. Halim sendiri loh yang menyediakan semua keperluan makan
malam kali ini, mulai dari tiker tempat kita akan duduk, piring, minuman,
sampai ikan yang akan dibakar. Halim juga yang membakarnya. TOP deh buat Halim.
;)
Mungkin sebenarnya saya sendiri
kurang suka dengan ikan yang dibakar ini. Kata Halim nama ikannya ikan anak
tongkol, tahu deh bener engga! hihihi. Yg ena bumbu kecap cabenya. Selain itu
kita juga mesen es kelapa muda (lagi dan lagi?!) tapi koq yang kali ini rasanya
lebih enak yaa dibanding es kelapa muda yang dipinggir pantai timur. Makan ikan
bakar sambil lihat pemandangan langit yang penuh bintang. Jarang-jarang lihat
bintang bertaburan dimana-mana, mungkin karena masih sedikitnya lampu di pulau
Tidung jadi bintang terlihat jelas. :)
Dengan berakhirnya makan ikan bakar
di pinggir pantai selatan pulau Tidung, maka berakhir cerita kami di hari kedua
di pulau Tidung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar